Kopi Sajak merupakan sebuah media yang menjadi jembatan perubahan dalam karya sastra di era digital. Jika dahulu karya sastra hanya dinikmati oleh para akademisi untuk di diskusikan dan di kritisi, kini sastra menjadi sangat membumi atau katakanlah merakyat, bisa ditulis dan dinikmati oleh siapapun, dijadikan inspirasi dalam potongan-potongan quotes. Namun sayangnya, karena siapapun bisa membuat dan membagikan dalam platform digital, maka tak ada jaminan akan kualitas karya tersebut karena tak ada yang memfilter kualitasnya
memang puisinya beda dengan puisi yang selama ini saya baca dari sastrawan lain, puisi ini seperti orang cerita, kalau bukan Jokpin yang nulis, saya mengira ini bukan puisi, maaf saya orang awam
Semoga buku buku Pram menjadi motivasi bagiku soalnya saya berasal dari pulau buru tempat dimana Pram di asingkan semoga saya di bantu oleh Arahmun Pram dan saya menceritakan kembali kepada orang orang tuaku disana
buku yg bikin nangis dari halaman pertama baca, bikin penasaran sama kisah sebenernya pas peristiwa mahasiswa 1998 dan akhirnya search terus jadi tau ternyata beberapa adegan penyiksaan nya dari kisah nyata, gilaa horor bangett kejam ga manusiawi parah pokonya😭
Saya masyarakat awam yang menyembeleh ayah saja ga tega, begiru teganya memperlakukan sesasma nya, mungkin saku suku, satu bahasa satu negara bahkan satu agama tega mem0erlakukan manusia sekejam itu.
Mas alut piringmu balum di sisi ayoo pulang ibu dan bapak masih menunggu, buku-buku masih sering di bersihin oleh Bapa, ayoo pulang bantuin bersihin buku yang ada di rak itu.
Novel ini luar biasa aku msih membacanya skrng, aku bisa membaca sambil membayangkan secara nyata. Novel pertama yang membuat ak jatuh cinta untuk trus membaca novel yg lain
Nangis banget sama audio booknya laut bercerita. Penekanan kata sama nada bicaramu, benar-benar hidup sekaligus mematikan cerita ini😭😭😭 entah berapa doa yang harus kami langitkan untuk menenangkan laut, entah berapa iba yang akan dicemburui banyaknya pasir pantai. Laut, tidurlah, jika memang pulang tak akkan pernah engkau temukan jalan.