Setahu saya, dulu Belanda memilih lebar sepur 1067 dengan resiko keretanya akan lebih oleng dan lebih lambat larinya, karena kontur tanah di Jawa yang bergunung gunung. Karena bila memakai standard atau broad gauge, maka belokannya nggak bisa setajam narrow gauge. Sehingga pembangunannya pada medan pegunungan pasti akan lebih sulit dan memakan biaya yang lebih besar.
Sebenarnya.... Ada dua perusahaan kereta api di Pulau Jawa: 1. Nederlands-Indische Spoorwegen (NIS), ini peloplor kereta api di Jawa, yang membangun rel pertama di Semarang. Lebar sepur yang mereka gunakan adalah 1435 mm 2. Staatsspoorwegen (SS), perusahaan ini masuknya belakangan sebagai ekspansi dari induknya di Belanda sana. Lebar sepur yang mereka gunakan 1067 mm. Kedua perusahaan ini sering punya jalurnya masing-masing, tapi dalam banyak kasus juga mereka memilih trase yang sama, mengakibatkan adanya dual gauge pads masa itu. Namun, semua rel 1435 mm dicabuti oleh Jepang saat perang dunia kedua untuk keperluan peperangan, baik dikonversi jadi mesin perang atau dipindah ke wilayah jajahan Jepang lainnya untuk membangun jalur rel di sana.
Sebenarnya Indonesia di zaman Belanda pernah punya rel dual gauge antara Solo dan Jogja, dengan rel 1067 mm dan 1435 mm. Tapi pas dijajah Jepang, semua rel dual gauge diseragamkan jadi 1067 mm.
dual gauge di lintas solo-gundih. kalo lintas yogya - solo dual track beda gauge mirip kayak jalur kereta bandara narita tokyo (jalur keisei dan jr east).
Dual gauge selain jalur NIS yang pernah ada di Indonesia: PG Rendeng 700mm (masih aktif) dan 900mm PG Cepiring 600mm dan 1067mm PG Semboro 700mm (masih aktif) dan 1067mm
Variabel gauge sangat cocok digunakan pada kereta cepat karena memungkinkan untuk dapat mengakses stasiun-stasiun yang sudah ada tanpa perlu bikin stasiun baru serta meminimalkan pembangunan jalur baru yang berlebihan. Walaupun konsekuensinya kereta cepat akan melaju dengan kecepatan biasa di narrow gauge
Kereta api cepat umumnya menggunakan lebar sepur standar (standard gauge) 1.435 mm, jika menggunakan sarana kereta cepat sistem variable gauge maka ketika memasuki lintas dengan lebar rel 1.067 mm kecepatannya harus dibatasi maksimum 140-160 km/jam (menjadi KA semi cepat).
Mirip beberapa seri shinkansen yg melewati jalur+stasiun kereta reguler..dengan modifikasi+tambahan 1 rel di jalur narrow gauge,kereta shinkansen berjalan dengan kecepatan standar kereta reguler..
@@mainantriplek7787 Seingat saya sebutannya "mini Shinkansen", ada di jalur Yamagata (Ou Mainline) & Akita (Tazawako Line) tetapi di situ hanya mengubah lebar sepurnya, tidak mengubah loading gauge atau batas ruang bebas atas maupun samping. Kalau yang berjalan variable gauge antara 1.435 mm & 1.067 mm sendiri masih sifatnya eksperimen dengan GCT (Gauge Change Train) milik JR RTRI.
@@princebraveguhyapati4766 gct kayaknya batal dipake buat shinkansen. tadinya kan nishi-kyushu shinkansen hakata-nagasaki mau pakai gct ini lewat rel standar+narrow. tapi akhirnya batal dan diganti pakai sistem shinkansen standar.
Kayak Spanyol sebagai pengguna terbesar sistem variable gauge, untuk menghubungkan rel di negaranya yang pake Iberian gauge 1668 mm dengan negara² Eropa lain yang pake standard gauge 1435 mm.
Double gauge lebih cocok disumatra untuk mempermudah akses karena sudah memiliki 2 jenis rel.. untuk jawa tidak perlu begitu dengan sulawesi.. karena memiliki satu jenis rel saja
pov kereta 1435 mm tabrakan sama kereta 1067 mm di dual guage 3 rel: DUARRRR (yang 1067 hancur dan teguling ke satu arah bahkan bisa menutup jalur lain) (yang 1435 terus menghancurkan rangkaian 1067)
Iya. Lebih baik boogie yang menyesuaikan gauge rel daripada gauge rel yang dibuat berlapis. Nanti akan ada segmen rel transisi untuk perpindahan gauge rel. Lebih lambat sih, tapi lebih murah dan aman.
@@ferryfebriyanto7655 tetep bisa .. spt yg sdh selama ini dikerjakan INKA, dg me modifikasi gerbong2 lama menjadi gerbong KA Wisata, KA Executive dll, yg dlm hal ini yg di modificasi boogie nya, di ganti dg “ variable boogie “ ( yg bisa menciut dan melebar sesuai dg lebar gauge nya ) …
wah, ternyata yg aku inginkan sdh ada standarnya. Mngkn krn sistem narrow itu yg bikin kereta mudah anjlok, itu yg ingin aku rubah. Narrow adalh sistem kereta JADUL indonesia yg lambat, mngkn akan baik jika di standarkan atau dilebih lebarkan krn mesin kereta skrng jauh lebih cepat dr kereta jaman belanda dulu Itu hanya analisaku saja.
Narrow gauge, msh terap dibutuhkan utk medan2 yg sempit, terjal, menikung tajam … spt hal nya di Eropa msh banyak yg pakai narrow gauge ( setahu sy yg umum di pakai utk yg lebar sepur 1067 mm, spt yg ada di P. Jawa & Sumatera dan lebar sepur 1000 mm, spt yg ada di Malaysia …
Mana mungkin mas kan gk bisa di ubah rel nya soalnya kan bekas belanda bisa sih kecepatan nya di naikkin tapi seluruh pelintasan harus di tutup seperti di malaysia juga rel nya juga seperti Indonesia tapi bisa kecepatan 160km karena jalur nya melayang
@@Joyorosyid nah maka dari itu, alangkah baiknya pemerintah ambil kebijakan rel non jawa di standarkan internasional. Yg dijawa biar itu aja, jadi irit biaya. Lagian lahan2 jawa sdh sempit. Atau nunggu perkembangan jaman apakah kereta cepat bs lbh murah lagi tarifnya kelak. Sehingga kita sama sekali tdk bth rel ka model lama lagi. Kecuali untuk alat angkut berat, distribusi brng,tambang,minyak dll.
Bisa tapi sangat tidak efisien & kurang aman, krn 1 batang rel akan aus lebih dahulu, kereta jadi tidak sejajar krn titik tengah kereta berbeda letak & wesel tidak terisolir. Three-rail dual gauge memiliki kelemahan dimana 1 batang rel akan dilindas oleh 2 jenis kereta yg berbeda lebar spoor, sedangkan 2 batang rel lainnya hanya dilewati oleh 1 jenis kereta yg sesuai dengan ukuran lebar spoornya. Banyak negara yg sudah beralih dari jenis ini ke four-rail dual gauge yg dimana lebih efisien & aman atau langsung ikut program konversi ke lebar spoor yg diinginkan. Sebenarnya pengoprasian 2 lebar spoor yg berbeda dalam satu jalur yg juga memiliki kerumitan yang lebih tinggi dari pada konversi secara penuh.
tapi kalo digunakan untuk menghidupkan kereta rel yang telah lama mati. rel yang ada diberi regauge 600-700 mm nanti keretanya pakai loko hokuriku dan kereta penumpang maks 3-4 dengan kecepatan maksimal 40 kph. bisa ini.
di asia pasifik, jepang, taiwan, filipina, indonesia, australia (queensland), selandia baru, pakai mayoritas gauge 1067mm. di afrika juga banyak misal afsel, bostwana, uganda, tanzania, madagaskar, dll.
Tambahan rel dengan gauge 1.435mm pada saat di belokan roda nya gampang aus sedang gauge 1.067mm tidak gampang aus jadi memang rel dengan gauge 1.067mm ini cocok dengan di Indonesia yang dimana rel nya banyak berbelok apalagi di daerah pegunungan
ruang bebas nya cukup gak ? dimensi kereta cepat itu gede banget. sudah pasti gak bakalan muat itu peron stasiun KAI. termasuk viaduct pasti bakalan mentok sama kepala ka cepat. belum lagi radius belok tikungan yang terlalu kecil. ujung2nya bongkar besar2an infrastruktur lagi.
@@rendrojos8088 hooh. untuk kali ini agak terpaksa, tau sendirilah petinggi INKA itu pegang prinsip "harus eropa" tapi mau gimana lagi STADLER gk mau bikin KRL maunya bikin gerbong aja, China pun masih belum kebukti cocok dan bau-bau ada pemaksaan dari opung jadi ya opsi yg terbuka ya cuman tawaran Nippon.
@@Nigatsu003 yang saya tahu dari beberapa sumber, yang nolak desain inka-stadler itu justru kai comuter sendiri. karena lebar keretanya terlalu sempit (2.6m). kaic maunya seperti kereta kai atau mrt (2.9m). terus katanya stadler maunya minimum order 500 biji. tentu ini memberatkan.
Berbeda-beda standarnya. Untuk negara Eropa tengah, Asia Barat & Amerika Utara sebagian besar menggunakan lebar sepur standar 1.435 mm & 1.000 mm, sedangkan kawasan Rusia & negara tetangganya menggunakan lebar sepur 1.524 mm. Untuk lebar sepur 1.067 mm selain di Indonesia juga dominan di Afrika Selatan & Jepang.
Tutorial ribet mempersulit hidup, padahal keluar biaya gede buat standarisasi apa susahnya, daripada biaya maintenance bertahun2. Keunggulan broad gauge infrastructure seragam simpel, kereta lebih cepet, bisa angkut container 2 stack, dll. Pejabat Kolot KKN
Kelemahan standar gauge ya begitu. Krn butuh panjang lengkung lebih banyak dari narrow. Gak heran jaman jepang diubah dri 1435 ke 1067 biar gampak blusukan ke daerah pegunungan. Yg sekarang aja kalo loknya panjang bakal lebih gampang bermasalah contoh cc300 yg panjangnya 18 meter vs keluarga lok GE yg berkisar di 15M
Bang, semisal jalur kereta di Jawa mau di ubah ukuran jadi ukuran standar, apakah dual gauge bisa jadi salah-satu solusi transisi dari ukuran 1067mm ke 1435mm? Mengingat jalur kereta jawa dr ujung ke ujung
Ya bisa aja sih dua gauge tsb, tp tentunya gak bisa di sepanjang jalur KA dari ujung ke ujung, terutama di medan bergunung2....misalnya pada ruas dimana rel 1067 berbelok2 maka ketajaman tikungan gak bisa disamakan ruas dual gauge 1435 gak bisa mengikuti begitu saja yg gauge 1067, malah perlu dibuat dobule track dgn lebar yg berbeda kemudian nanti menyambung lagi jadi dual gauge. Repot, Kolonial Belanda dulu sudah terlanjur membangun ribuan km jalur KA di Jawa, kalo mau diubah tentu perlu waktu sangat lama & biaya sangat besar utk membongkar jalur eksisting, belum menyesuaikan jalur2 di semua stasiun. Yg bagus ya bangun gauge 1435 di kawasan baru seperti sekarang di pulau Sulawesi atau di Jawa pake layang seperti KCIC Whoosh.
Variable gouge apakah mungkin dipakai di Indonesia ? Karena ke depan kelihatannya standard gouge atau broad gauge yang akan berlaku karena ada kereta cepat atau semi cepat. Kereta2 ini nggak.mungki. pakai narrow gouge. Ditunggu jawaban nya ya
@@Yudha6519 bener. NIS yang operasikan dual gauge. tapi bukan di jalur yogya-solo. melainkan di jalur solo-gundih. jalur yogya-solo itu dual track 1435 dan 1067 sejajar disepanjang jalur mirip dobel track.
Maksimal pake 50 tahun, kalau udah masanya yaudah berakhir menjadi besi tua, kecuali kalau salah satu unit yang bisa dikirim ke Ambarawa kirim aja, sisanya biarkan menjadi besi tua karena udah mencapai usia pake
Terus bang gimana caranya kereta di jepang yang sama-sama menggunakan rel yang ukurannya sama seperti di indonesia kok bisa cepat sampai 1500 km/j bang???
Maksudnya krl yg 1067mm tapi bisa 130 itu ya? Kalo struktur rel cukup rata dan kestabilan rangkaian bagus harusnya bisa jugs di indo. Tapi itung2an perawatannya jg lebih mahal
Di Jepang sendiri kereta cepat Shinkansen pakenya standard gauge 1435 mm, bukan 1067 mm. Rel 1067 mm cuma dipake kereta lokal (komuter, metro dll). Beberapa jalur 1067 mm bisa dipacu sampai 130-140 km/jam karena relnya stabil dan perawatannya bagus, atau juga karena mengadopsi sistem Tilting train sehingga tetap bisa ngebut di tikungan atau jalur berkelok.
@@budiyanto8569 Shinkansen tercepat 320 km/jam. Kalo yang kereta maglev namanya Chuo-Shinkansen, top speed waktu testing sampai 500 km/jam tapi belum buka untuk umum.
Dikira gampang apa ya untuk modifikasi kereta? Lagian juga umur kereta layaknya umur manusia. Jadi kalo misalnya kereta udah tua, yaudah mati aja, gak bisa di upgrade lagi!